Tags

, , , , ,

joblessMempunyai pekerjaan yang baik dan berpenghasilan besar merupakan cita-cita semua orang, begitu pula saya selayaknya manusia biasa. Selain bisa membanggakan diri sendiri juga dapat membahagiakan orang tua.

Setelah lulus dari perguruan tinggi dan mendapat gelar sarjana 2 bulan yang lalu, saya sempat menjadi marketing di kartu kredit sebuah bank, tetapi saya tidak mendapat kepuasan di dalam pekerjaan itu, baik itu proses dan hasil yang saya dapat. Sehingga saya memutuskan untuk resign. Tetapi kemudian saya belum juga mendapat pekerjaan padahal saya sering sekali mencari lowongan pekerjaan dan kemudian apply pada pekerjaan yang sesuai atau paling tidak ‘bisa’ untuk latar belakang pendidikan daya. Namun belum juga mendapat respon, baik itu tidak lolos, tidak dipanggil, juga tidak diberi kesempatan interview karena tinggi badan kurang. Saya cukup sedih saat itu, karena belum juga saya di interview dan di tes tp mereka tidak memberi kesempatan pada saya hanya karena tinggi badan saya kurang 1cm (Yah..nasib orang pendek gak boleh kerja di Bank nih..), mungkin belum saya belum beruntung saat itu.
Beberapa minggu yang lalu saya juga mengikuti ujian online yang diadakan oleh suatu departemen, dan lagi-lagi saya tidak lolos. Dalam hati saya bertanya, apakah saya setolol itu tidak dapat mengerjakan soal2 ujian itu dengan benar? Dan (lagi-lagi) jawabannya adalah mungkin bukan keberuntungan saya.
Keberuntungan. Bagaimana saya bisa mendapatkan keberuntungan itu? Bukankah keberuntungan itu tidak bisa dicari, melaikan karena takdir?
Sekarang ini saya benar-benar jenuh karena harus menganggur. Saya malu karena masih juga meminta uang ke orang tua untuk biaya hidup (dan memenuhi kebutuhan manusia saya yang lain, baca: bersenang-senang), tiap hari kepala rasanya pusing. Apalagi sebentar lagi kita merayakan lebaran yang mau tidak mau adalah momen dimana seluruh keluarga besar berkumpul. Saya berfikir apakah ini merupakan fase yang harus dilalui oleh setiap orang? Atau hanya saya yang memang tidak seberuntung rekan-rekan saya yang sudah mempunyai pekerjaan..
Dan beberapa saat yang lalu teman saya menyeletuk “mungkin doanya kurang, Lan”.. Hm.. betul juga, mungkin itu alasannya. Saya mengambil celetukan teman saya itu untuk intropeksi diri dan saya harus berfikir lebih keras “apa yang salah terhadap diri saya” (baca: introspeksi diri, red), kemudian bersabar dan tentunya berusaha lebih keras juga, berharap keadaan dapat berubah menjadi lebih baik.